Langsung ke konten utama

Dosa Besar Stefano Pioli di AC Milan: Rekor Suram di Derby Milan


 Sumber Gambar: (Sempremilan.com)

Stefano Pioli mungkin menjadi salah satu pelatih yang paling diingat oleh Milanisti karena mampu membawa AC Milan meraih juara Serie A setelah 11 tahun tidak pernah memenangkannya. Serta membawa Milan bermain di Liga Champions berturut-turut. 

Tetapi Pioli juga memiliki "dosa" besar yang tidak bisa dimaafkan para fans, Iya dosa yang teramat besar, yang bahkan tidak menyangka hal ini akan terjadi. Apakah itu?

1. Derby della Madonnina: Kutukan yang Tak Terobati

Sepanjang masa kepelatihan Stefano Pioli di Milan, derby melawan Inter Milan berubah menjadi kutukan. Catatan menunjukkan Milan di bawah Pioli hanya meraih 3 kemenangan, 2 imbang, dan menjalani lebih dari 9 kekalahan ketika menghadapi Inter di berbagai kompetisi. skor.id
Bahkan Pioli menjadi pelatih dengan rekor terburuk derby — ia menjadi pelatih pertama yang mengalami 6 kekalahan derby berturut-turut. Yahoo Sports

2. Dampak Kekalahan: Moral Klub & Fans Terpuruk

Derby bukan sekadar laga — bagi fans, kalah atas rival satu kota berarti harga diri. Kekalahan beruntun di derby membuat kepercayaan fans terhadap Pioli menurun drastis. Banyak pihak melihat bahwa walaupun Milan mungkin bersaing di papan atas liga, kegagalan menghadapi Inter membuat pencapaian terasa hampa. The AC Milan Offside

Kekalahan-kekalahan itu terjadi bahkan di momen penting: liga, Coppa Italia, hingga Supercoppa. SempreInter.com

3. Ketidakmampuan Taktik di Laga Besar

Beberapa analis menilai bahwa masalah Pioli bukan hanya soal pemain — tetapi taktik dan mentalitas saat derby. Dalam beberapa pertemuan, Milan di bawah asuhannya dianggap gagal menunjukkan intensitas, struktur pertahanan rapat, atau agresivitas duel, yang menjadi kelemahan khas saat menghadapi Inter. Ace Football

Ketika menghadapi situasi tekanan tinggi, Milan pun sering kebobolan lebih dulu, atau kehilangan arah dalam transisi — menandakan kurangnya persiapan mental dan taktis dari pelatih. The AC Milan Offside

4. Prestasi Tak Setimpal dengan Derita Derby

Walaupun Pioli sempat membawa Milan meraih beberapa pencapaian (misalnya tetap menjaga konsistensi liga, lolos ke kompetisi Eropa, dan hasil–hasil cukup stabil), kegagalan di derby membuat semua itu kehilangan nilai emosional bagi fans. Banyak yang menilai bahwa tanpa kemenangan atas Inter, prestasi apapun terasa kurang memuaskan. Yahoo Sports

5. Akhir Era & Warisan Negatif

Kekalahan beruntun terhadap rival sekota menjadi salah satu penyebab utama Pioli akhirnya angkat kaki dari Milan. Ia sendiri pernah menyatakan bahwa derita derby “mempercepat kepergiannya” dari klub. SempreInter.com
Kini, era Pioli dikenang sebagai periode di mana Milan mungkin ‘aman’ di liga, tapi — di mata fans — kelemahan taktis dan mental saat derby bagi sebagian besar tetap jadi “dosa besar.”

Kesimpulan

Stefano Pioli mungkin punya catatan stabil di Serie A, tetapi dalam hal derby — melawan Inter — ia gagal total. Rekor buruk: 6 derby kalah berturut-turut, lebih dari 9 kekalahan dari total derby yang dilalui, dan pola mental rendah saat laga besar: semua itu jadi noda besar dalam sejarah Milan modern.

Bagi banyak Milanisti, bukan hanya soal trofi, tapi soal harga diri. Dan dalam aspek itu — Pioli dianggap gagal membawa kebanggaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Inter dan Milan Punya Stadion yang Sama tapi Beda Nama?

Sumber: sportspro.com Bagi para penggemar sepak bola, stadion San Siro adalah salah satu ikon paling terkenal di dunia. Tapi yang unik, stadion ini digunakan oleh dua klub besar Serie A, yaitu AC Milan dan Inter Milan.  Meski berbagi stadion yang sama, kedua klub ini menyebutnya dengan nama berbeda: Milan menyebutnya San Siro , sementara Inter menyebutnya Giuseppe Meazza . Bagaimana sejarah di balik fenomena ini? Yuk, kita bahas! Sejarah Singkat Stadion San Siro San Siro, yang terletak di Milan, dibangun pada tahun 1926 atas inisiatif Piero Pirelli, presiden AC Milan saat itu. Awalnya, stadion ini hanya digunakan oleh AC Milan dan memiliki kapasitas sekitar 35.000 penonton. Stadion ini diberi nama sesuai dengan nama distrik di mana stadion tersebut berada, yaitu San Siro. Pada tahun 1947 , Inter Milan mulai berbagi penggunaan stadion dengan AC Milan. Hal ini dilakukan karena Inter tidak memiliki stadion sendiri yang memadai untuk menggelar pertandingan besar.  Sejak saat i...

Sejarah AC Milan: Dari Klub Kecil Jadi Raja Eropa!

  Kalau ngomongin klub sepak bola bersejarah, nggak lengkap tanpa menyebut AC Milan. Klub ini nggak cuma punya koleksi trofi segudang, tapi juga punya kisah awal yang menarik banget untuk diulik.  Nah, buat kamu yang penasaran gimana awal mula Milan berdiri sampai jadi klub raksasa, simak cerita serunya di bawah ini! Awal Mula: Dari Klub Inggris ke Raksasa Italia Jadi, ceritanya semua bermula di tahun 1899. Seorang pria asal Inggris bernama Herbert Kilpin bersama teman-temannya mendirikan klub yang awalnya diberi nama Milan Foot-Ball and Cricket Club .  Kok ada “cricket”-nya? Ya, karena saat itu olahraga cricket lagi hype di kalangan ekspat Inggris di Italia. Tapi akhirnya, sepak bola yang lebih mendominasi dan klub ini pun lebih fokus ke bola bundar. Dari awal, Kilpin sudah punya visi untuk membuat Milan menjadi klub yang hebat. Bahkan dia pernah bilang, "Kita akan menjadi tim iblis. Warna kita merah seperti api dan hitam untuk menakuti lawan!" Nah, dari sinilah kenapa ...

Nomor 10 AC Milan: Para Maestro yang Berkesan

Nomor 10 di AC Milan adalah simbol kreativitas, kepemimpinan, dan kelas.  Sepanjang sejarah klub, banyak pemain berbakat telah mengenakan nomor ini, membawa kebanggaan dan tanggung jawab besar di lapangan. Berikut adalah lima pemain nomor 10 AC Milan yang paling berkesan. 1. Gianni Rivera (1960-1979) Gianni Rivera adalah legenda sejati AC Milan. Sebagai playmaker, ia dikenal dengan visi, teknik, dan kemampuan mencetak golnya.  Rivera mengenakan nomor 10 selama hampir dua dekade dan memimpin Milan meraih berbagai gelar, termasuk dua trofi Liga Champions pada 1963 dan 1969.  Ia juga menjadi pemain Milan pertama yang memenangkan Ballon d'Or pada 1969. Hingga kini, Rivera tetap dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah klub. 2. Ruud Gullit (1987-1993) Pada era keemasan Milan di akhir 1980-an dan awal 1990-an, Ruud Gullit adalah salah satu bintang paling bersinar. Pemain asal Belanda ini membawa kombinasi kekuatan fisik, kecepatan, dan kemampuan teknis yang ...